Minggu, 15 Februari 2015

[Resensi Novel Terjemahan] Wonderstruck oleh Brian Selznick


Wonderstruck
Brian Selznick

Judul asli: Wonderstruck
Pengarang: Brian Selznick
Terbit: tahun 2011
Penerjemah: Marcalais Fransisca
Penerbit: Mizan Fantasi
Cetakan pertama: November 2013
Jumlah halaman: 645 hlm

Kawanan serigala itu menatap Ben lekat dengan taring-taring putih berkilat dan lidah merah menjulur. Mereka mulai berlari melintasi hamparan salju tak berbatas di bawah terpaan sinar bulan. Jantung Ben berdegup bertalu-talu. Keringat mulai mengucur deras. Mimpi yang sama. Apa maksud semua ini? Mengapa mimpi-mimpi itu terus menghampirinya sejak kecelakaan itu terjadi? Andai Ben tahu, mimpi-mimpi itu barulah awal dari rentetan kejutan dalam hidupnya dan… petunjuk berharga untuk menemukan sang ayah yang lama menghilang.
Wonderstruck, disanjung pembaca di seluruh dunia sebagai salah satu buku menakjubkan. Ilustrasi yang sarat makna berpadu dengan teks yang mengalir menjadi satu cerita yang utuh, membuat Selznick layak disebut genius.

Ceritanya sederhana banget dan agak bosenin menurut saya. Gampang ditebak dan kurang greget, namun unik sebab mengisahkan dua cerita yang berbeda di masa yang berbeda pula. Kisah Ben dituangkan dalam bentuk narasi sedangkan Rose dalam bentuk gambar ilustrasi yang keren! Ini dia yang bikin kepincut beli bukunya, secara saya belum pernah baca novel Selznick sebelumnya yang kabarnya juga banyak digemari. Setelah baca, pendapat saya: ilustrasi keren menyelamatkan buku ini dari cerita yang biasa-biasa saja >.<

Pertama kali baca bingung juga, kok narasi sama ilustrasinya beda banget, tidak nyambung. Ternyata memang narasi dan ilustrasi itu menceritakan dua orang yang berbeda. Ilustrasinya bagus, apalagi kalau halamannya dibuka cepet jadi kaya nonton film. Ilustrasi Selznick ini sangat detail. Raut muka dan mimik wajah dibuat sangat apik sehingga tanpa kata-kata pun saya bisa ngerti bagaimana cerita dan kondisi dari Rose. Narasinya juga mudah dipahami, tidak berbelit.

Selesai baca buku ini malah bikin saya galau. Nasib si tokoh utama yang baru berusia sekitar 10 tahun ini kurang beruntung. Ibunya meninggal dan dia tidak kenal ayahnya; yang ternyata ayahnya pun juga udah meninggal. Bahkan ayahnya tidak jelas apa dia mengetahui keberadaan anaknya atau tidak. Pertanyaan si tokoh utama yang masih terngiang-ngiang di benak saya:

“Jika ibunya mengerti rasanya merindukan sesuatu, mengapa ia tidak mau membicarakan satu-satunya hal yang dirindukan oleh Ben?”

Egois sekali kedua orang tua si tokoh utama. Bapaknya belum pernah liat wujud anaknya sampai dia meninggal. Ibunya pun belum sempat menceritakan tentang bapaknya sampai ia meninggal juga. Mungkin ada alasan di balik sikap kedua ortunya yang seperti itu. Tapi apa pada akhirnya mereka memikirkan perasaan si anak? Ujung-ujungnya anaklah, yang notabene tidak ngerti apa-apa, yang harus berkorban dan memahami keadaan ortunya.

Sayang kertasnya buram. Semisal pake kertas yang lebih bagus, pasti gambar ilustrasinya juga bagus dan enak dilihat. Covernya kurang menarik. Tulisan judulnya itu kok dibuat miring. Bagian yang paling mengganggu nih ketika ada gambar ilustrasi yang terpotong di tengah halaman, sebab tulisannya jadi tidak nyambung dan susah dibaca.

Buku yang layak buat dikoleksi secara ilustrasinya bagus banget.