A Painted House
Rumah
Bercat Putih
John
Grisham
Judul asli: A Painted House
Pengarang:
John Grisham
Terbit:
tahun 2000
Penerjemah:
Hidayat Saleh
Penerbit:
PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan
kedua: Mei 2006
Jumlah
halaman: 560 hlm, 18 cm
Bagi
si kecil Luke Chandler, hari-hari memetik kapas di ladang kakeknya merupakan
hari-hari panas yang membosankan dan menguras tenaga. Mendengarkan siaran
pertandingan bisbol di radio merupakan satu-satunya hiburan, setelah seharian
bekerja di ladang. Tapi, sebagai keluarga petani penyewa tanah, mereka mesti
membanting tulang, dengan hasil tidak seberapa. Dalam usianya yang baru tujuh
tahun, Luke sudah mengerti bahwa panen baik berarti ada sedikit simpanan uang
di bawah kasur; panen buruk berarti mereka mesti hidup dari hasil kebun sayur
sendiri kalau ingin makan.
Pada
tahun 1952 itu, lagi-lagi banjir menggagalkan panen kapas mereka. Kerja keras
berbulan-bulan, tanpa hasil nyata. Dan Luke merasa sangat bersalah telah
membuat ayahnya membelanjakan sedikit uang yang dimilikinya untuk membeli cat,
agar rumah mereka putih dan indah, seperti rumah-rumah para petani yang lebih
kaya. Baru terasa olehnya, betapa miskinnya mereka.
Kemiskinan
itulah yang akhirnya mendorong orang tuanya untuk mengadu nasib di kota. Namun,
sebelum mereka berangkat, Luke bertekad untuk merampungkan pekerjaannya
mengecat rumah kakeknya.
Novel ini agaknya terinspirasi
dari masa kecil sang pengarang. Beda banget sama novel-novel sebelumnya, novel
ini bercerita tentang kehidupan petani kapas dilihat dari sudut pandang seorang
anak berusia tujuh tahun yang merupakan anak dari petani kapas tersebut. Alur
ceritanya sendiri sangat lambat dan bertele-tele. Banyak adegan-adegan gak
penting yang bukan permasalahan utama diceritain secara panjang lebar dan
detail.
Inti ceritanya sendiri yang
saya tangkap adalah gagalnya panen kapas sebuah keluarga karena banjir yang
dibumbui dengan rutinitas dan bermacam konflik baik dengan pekerja kapas,
tetangga, lingkungan desa, maupun internal dalam keluarga. Mereka akhirnya
memutuskan pindah ke kota untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
Keinginan Luke (tokoh
utama) untuk mengecat rumahnya hanyalah salah satu dari sekian konflik yang ada
di novel itu. A Painted House lebih bercerita kepada kehidupan yang ada di rumah
bercat putih (yang awalnya rumah kayu yang belum bercat) milik keluarga
Chandler itu daripada “bagaimana” asal muasal rumah tersebut pada akhirnya dicat
putih. Alasan mengapa rumah itu dicat baru terungkap setelah seperempat awal
buku, yang kemudian dipotong dengan kejadian-kejadian lain, dan baru diceritain
lagi di lima bab terakhir.
Banyak
kejadian-kejadian yang masih gantung dan bikin penasaran; misalnya bagaimana
akhirnya nasib keluarga Latcher yang mengungsi karena rumahnya kebanjiran,
bagaimana akhirnya nasib Ricky (dan juga Libby), bagaimana reaksi keluarga
Spruill mengetahui kalau anaknya Hank ternyata sudah mati, dan bagaimana akhirnya nasib Luke dan orang tuanya sendiri setelah mereka memutuskan untuk pindah ke kota.
Menurut saya novel ini
cukup menghibur dan bisa jadi bacaan ringan tanpa perlu banyak mikir seperti
kalau kita baca novel-novel Grisham lainnya. Cuma gak ada ketegangan di
cerita ini jadi agak bosenin juga. Covernya bagus, suka. Kertasnya standar
aja pake buram dan fontnya kecil (Times New Roman 12 mungkin). Hal yang bikin
saya tertarik untuk beli novel ini pertama nama pengarangnya dan kedua covernya
yang bagus. Dipegang juga lebih dove (hanya perasaan hahaha). Di mata enak liadnya dan ditaruh di rak
juga cantik (hahah kok malah bahas cover, penting ya :p).
Makasih udah mampir
dan baca resensi saya. Mohon segala komentar dan pendapat diutarakan aja untuk
keberlangsungan kita bersama. Trims!
saya suka novel ini, ringan tapi dituturkan dengan rapi. Jelas dari tangan seorang yang mahir dan berpengalaman. Konflik dan penyelesaiannya pas. Renyah sekali melahap tiap halaman...
BalasHapusWaw, komentar Saudara juga renyah dibaca :D
HapusMakasih udah mampir!
Yg jelas ada sedikit misteri yang jadi teka teki, kematian, pelecehan juga bertahan hidup. Saya suka bahkan belum sempat nonton filmnya. Membaca novel ini cukup mengingat kanku gilm jadul little house on prairie, cuma beda conflict saja. Terima kasih reviewnya kk
BalasHapus