Sabtu, 28 Juli 2018

[Resensi Novel Terjemahan] Wanita dalam Lukisan oleh Stephen King


Rose Madder
Wanita dalam Lukisan
Stephen King

Judul asli: Rose Madder  
Pengarang: Stephen King  
Penerjemah: Sutanty Lesmana
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama  
Cetakan pertama: Juli 1997  
Jumlah halaman : 752 hlm

Rose Daniels hidup dalam kegilaan suaminya selama belasan tahun, menahankan penganiayaan demi penganiayaan. Namun suatu ketika ia terjaga dari mimpi buruknya - oleh setitik darah di seprainya. Ia pun melarikan diri, untuk memulai hidup baru.
Namun Norman Daniels tidak mau begitu saja ditinggalkan, apalagi sang istri membawa kartu ATM-nya. Norman pun berangkat mencarinya. Dan sebagai polisi, ia sudah terlatih melacak jejak.
Tapi Rosie yang kemudian dijumpainya bukan lagi Rosie yang dulu. Rosie yang penakut dan selalu pasrah telah memperoleh kehidupan baru yang indah, kekasih baru yang mencintainya, dan... kekuatan misterius yang didapatkannya dari Rose Madder, wanita dalam lukisan yang dibelinya di sebuah toko gadai. Maka dimulailah pertarungan hidup dan mati dalam dunia di balik lukisan.

Latar belakang tokoh utamanya membuat saya tersihir untuk terus membalik halaman novel ini. Saya penasaran bagaimana jalan petualangan Rosie agar bisa mandiri, lepas dari suaminya. Rasanya realistis sekali mengikuti kisah perjuangan Rosie. Semua orang, semua perempuan, saya rasa pernah mengalami apa yang dialami Rosie.

"Kau mengerti? Kau bisa menjadi orang bebas kalau mau. Bebas dari tangannya, dari gagasan-gagasannya, dari dia. Kau mau itu? Mau menjadi orang bebas?"
"Ya," kata Rosie dengan suara rendah dan gemetar. "Aku menginginkannya, melebihi apa pun di dunia."
Anna Stevenson mencondongkan tubuh melewati meja dan mencium lembut pipi Rosie, sambil meremas tangannya, "Kalau begitu, kau datang ke tempat yang tepat. Selamat datang, Sayang."

Saya selalu suka dengan cara King menulis cerita, menuturkan kisah; sangat mengalir, ringan, dan realistis. Kisah hidup Rosie sangat lah familiar. Ada banyak sekali Rosie di sekitar kita; bahkan mungkin kita sendiri pun tanpa kita sadari seperti dia. Sangat menginspirasi.

Cerita ini menggunakan sudut pandang orang kedua yang bergantian antara Rosie dan Norman.  Beliau bisa menggambarkan dengan apik cara berpikir dan perasaan dari sudut pandang seorang perempuan. Rosie, seorang perempuan tertindas digambarkan dengan hidup, seolah King sendiri adalah seorang perempuan yang mengalami penindasan itu. Begitu pula dengan alter ego pada tokoh antagonisnya. Seakan-akan King sendiri yang mengalami pergolakan batin seperti itu. Semua itu bisa dituangkan dengan apik pada tokoh-tokoh cerita King.

Pengembangan karakternya bagus banget, sangat intens, perlahan, tidak berubah secara tiba-tiba. Rosie yang awalnya adalah seorang wanita penakut perlahan-lahan mulai jadi pembangkang. Norman yang semula ingin menghukum Rosie seiring berjalannya waktu berubah menjadi obsesi; dia rela membunuh siapa pun demi mendapatkan Rosie. Semua itu menjadikan para tokoh di buku ini terasa hidup dan nyata.

Covernya elek, tapi saya tidak peduli hahahaha!