Sabtu, 26 Desember 2015

[Resensi Novel Terjemahan] Deception Point oleh Dan Brown


Deception Point
Dan Brown

Judul asli: Deception Point
Pengarang: Dan Brown
Terbit: tahun 2004
Penerjemah: Ingrid Dwijani Nimpoeno
Penerbit: Bentang
Cetakan ketiga: November 2015
Jumlah halaman: 700 hlm

Rachel Sexton, analis intelijen Gedung Putih, menghadapi dilema ketika Presiden Amerika Serikat memintanya menyelidiki penemuan ganjil NASA di Kutub Utara. Apalagi Senator Sexton, ayah Rachel, hendak menantang Sang Presiden dalam pemilihan mendatang. Rachel curiga bahwa Presiden hanya ingin memanfaatkannya dalam sebuah intrik politik.
Kecurigaan Rachel berubah menjadi teror ketika sebuah pasukan misterius mengincarnya. Penemuan NASA yang terkubur jauh di dalam es Kutub Utara itu ternyata memakan korban. Dua ilmuwan terbunuh. Rachel dan akademisi Michael Tolland diburu dalam keganasan cuaca kutub karena mengetahui muslihat luar biasa yang dirancang untuk menipu seluruh dunia.
Dari pusat pemerintahan Amerika ke keganasan iklim Kutub Utara, Dan Brown meramu sains, sejarah, dan politik dalam sebuah kisah penuh kejutan dan ketegangan.

Seperti karya-karya Dan Brown lainnya yang pernah saya baca: TOP. Memang belum semua karya beliau saya baca, tapi dari sedikit buku yang sudah saya nikmati pasti saya dibuat takjub oleh ceritanya. Beliau memang pengarang yang brilian. Sangat memahami seluk beluk dari konsep dan materi ceritanya. Beliau dengan cerdiknya memadukan sains, militer, politik, dan sejarah serta didukung oleh riset yang mendalam menjadi sebuah suguhan cerita fiksi yang epik. 

Oke, waktunya kita spoiler!

Buku ini banyak diisi dengan adegan action thrillernya yang bikin WOW. Adegannya total, tidak setengah-setengah, dan benar-benar bikin penasaran plus jantung yang ikut berdentam-dentam. Semua unsur dalam cerita tidak main-main: Gedung Putih, NASA, NRO (badan intelijan Amerika Serikat), Delta Force (pasukan tempur super istimewa milik Amerika Serikat), ditambah dengan ilmuwan-ilmuwan yang sangat ahli di bidangnya, plussss alat-alat canggih milik NASA dan transportasi yang "tidak umum"; seperti Air Force One, kapal selam Charlotte, jet Aurora, dan helikopter Kiowa. Sepetinya beliau penggemar benda-benda elegan, canggih dan ekstrem. Ahh Kiowa, kamu sungguh mempesona tapi sayang nasibmu di cerita ini kurang beruntung. Sepertinya helikopter ini jadi karakter favorit saya. Namanya saja cantik dan enak diucapkan. Kiowa. Lol. 

Benda-benda di atas memang bikin saya geleng-geleng kepala, tapi jangan lupa dengan ketegangan yang terjadi di Gedung Putih dengan segala intrik politiknya. Dan sepertinya segala malapetaka itu dimulai dari sesuatu yang berbau: POLITIK. Atau malah ego seseorang. Dendam lama Pickering yang tidak akan bisa terlupakan karena menyangkut kehilangan seorang anggota keluarga yang dicintai. Bahkan kegigihan dan kekuatan tokoh utama kita, Rachel dan Tolland, diperoleh dari kenangan akan orang tercinta yang telah tiada.

Jadi, dua kejadian di dua tempat berbeda itu diceritakan saling bergantian. Di satu sisi pembaca dibuat tegang dengan petualangan Rachel di Kutub Utara, di sisi lain kehebohan yang terjadi di Gedung Putih membuat pembaca menahan nafas. Hebatnya nih, semua kejadian itu, dengan segala kehebohan dan ketegangannya, terjadi hanya dalam waktu semalam saja. Hosh.. Tidak dapat dibayangkan, dengan totalitasnya seakan kejadian berlangsung selama berhari-hari. Pun diakhiri secara dramatis. Ledakan gunung berapi bawah laut? Serius? Sepertinya cukup menyeramkan dan saya kira tidak akan ada yang bisa selamat dari bencana itu. Saya berpikir, seandainya saya jadi Rachel saya merasa kalau saya sudah tidak akan selamat sejak dari awal. Dan kalau bukan karena tekad yang kuat, pasti daya tahan tubuhnya jos gandos hahaha.

Covernya oke. Merepresentasikan pemerintahan yang berupaya mendapatkan kembali kepercayaan warganya dengan penemuan meteorit di bawah es di Kutub Utara. Tapi bisa juga dipandang sebagai pemerintahan yang akan karam karena penipuan besar yang dilakukannya. Alurnya cepat. Awal buku memang terasa sedikit membosankan, tapi begitu memasuki tengah hingga akhir cerita, ketika sedikit demi sedikit kebenaran terungkap, langsung bikin penasaran. Terjemahannya juga baik. Dan bentuk fisik buku ini sangat praktis, kecil, mudah dibawa. Tapi sepertinya kurang enak dilihat kalau dipajang di rak buku. Apaan sihhh, penting yaa wkwkw. Kertasnya buram, jelek. Kertas cover juga jelek, tipis, gampang terlipat. 

Drama ini terjadi pada masa kampanye pemilihan Presiden, dimana Presiden AS Herney mulai kehilangan dukungannya karena beliau menyetujui penggelontoran dana negara yang sangat besar kepada NASA, sedangkan kandidat rival Presiden, Senator Sexton, mengusung tema kampanye penghematan uang negara menginginkan privatisasi NASA agar anggaran negara bisa dialihkan untuk hal-hal yang lebih realistis. Disaat nasib NASA mulai terancam, seorang petinggi NRO bernama Pickering mendapat ide dengan cara menyelipkan batu meteorit palsu secara diam-diam dan menggiring NASA agar seolah-olah mereka lah yang menemukan batu itu sehingga NASA akan mendapat popularitas lagi di mata warga AS.

Tapi kebenaran perlahan pasti akan terungkap. Para ilmuwan hebat tentu saja bisa melihat kejanggalan pada batu itu, walaupun diawali dengan ketidaksengajaan. Karena mereka berusaha untuk memberitahu Presiden Herney dan dunia bahwa batu meteorit itu palsu, tentu saja nyawa mereka terancam. Pickering memerintahkan pasukan tempur elit super spesial milik AS bernama Delta Force untuk membunuh mereka. Para ilmuwan itu - Rachel, Tolland, dan Corky - berjuang untuk mempertahankan nyawa mereka, sekaligus menjaga bukti-bukti kepalsuan dari batu meteorit agar tidak lenyap.

Novel bagus, tidak berat. Baca deh, walaupun penuh dengan teknologi canggih dan istilah sains tapi mudah dipahami kok.









Sabtu, 28 November 2015

[Resensi Novel Terjemahan] Paper Towns oleh John Green


Paper Towns
Kota Kertas
John Green

Judul asli: Paper Towns
Pengarang: John Green
Terbit: tahun 2008
Penerjemah: Angelic Zaizai
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan pertama: tahun 2014
Jumlah halaman: 360 hlm

Saat Margo Roth Spiegelman mengajak Quentin Jacobsen pergi tengah malam - berpakaian seperti ninja dan punya daftar panjang rencana pembalasan - cowok itu mengikutinya. Margo memang suka menyusun rencana rumit, dan sampai sekarang selalu beraksi sendirian. Sedangka Q, Q senang akhirnya bisa berdekatan dengan gadis yang selama ini hanya bisa dicintainya dari jauh tersebut. Hingga pagi datang dan Margo menghilang lagi.
Gadis yang sejak dulu merupakan teka-teki itu sekarang jadi misteri. Namun, ada beberapa petunjuk. Semuanya untuk Q. Dan cowok itu pun sadar bahwa semakin ia dekat dengan Margo, semakin ia tidak mengenal gadis tersebut.

Beli buku ini karena:
1. Diskon 
2. Gambar sampulnya menarik juga
3. Penulisnya terkenal dan beliau yang menulis buku The Fault in Our Stars dan sepertinya buku itu sangat populer bahkan sudah diangkat ke layar lebar
4. tapi sebelumnya saya belum pernah baca buku dari John Green dan saya punya firasat kalau saya tidak suka buku ini 
5. Dan ternyata saya tidak suka buku ini

Bagaimana ya. Saya tidak menikmati cerita ini. Ruwet tapi tidak menarik untuk diurai. Cukup klise. Inti ceritanya sendiri saya pikir ada di bagian akhir chapter dan saya gagal paham. Sebenarnya saya sambil terkantuk-kantuk berusaha menyelesaikan buku ini karena membosankan. Pola pikir Margo ini susah dipahami karena cara dia menyampaikan pendapatnya terlalu puitis. Sepertinya dia lumayan suka sastra mengingat dia menggunakan buku kompilasi puisi sebagai salah satu petunjuknya. Mungkin dia bermaksud kalau dia itu ingin mencari jati diri dan mandiri dengan cara kabur ke kota besar tanpa bilang siapa-siapa. Biar gak ada yang menghalangi jalannya.




Buku ini bercerita tentang seorang cowok SMA bernama Quentin yang naksir teman masa kecilnya bernama Margo. Quentin yang sejak kecil sudah sering bermain dengan Margo dan mereka bertetangga pula jadi merasa kalau dia sangat mengenal Margo. Padahal kenyataanya pribadi Margo bukanlah seperti apa yang dibayangkan oleh Quentin. Ceria, populer, supel. Margo adalah orang yang tertutup. Bahkan orang tua dan sahabatnya - dan mungkin Margo sendiri - tidak mengenal siapa sejatinya Margo. 

Dan pada suatu hari Margo kabur dari rumah. Orang tuanya sudah bosan dan lepas tangan karena Margo memang sudah sering kabur dari rumah. Polisi pun menganggap bahwa tindakan Margo ini legal sebab dia sudah berusia 18 tahun dan berhak untuk pergi dari rumah. Ketika sudah berhari-hari tidak kembali dan tidak ada seorang pun yang peduli, Quentin jadi khawatir sehingga dia berniat untuk mencari Margo. Tapi Margo kurang teliti. Dia meninggalkan jejak ke mana tujuan dia pergi dan Quentin menemukan jejak-jejak itu. Lucunya, Quentin mengira kalau Margo sengaja meninggalkan petunjuk-petunjuk itu untuknya supaya Quentin pada akhirnya menemukan Margo. Ge er ya Quentin. 

Akhirnya Quentin berhasil menemukan Margo tetapi gadis itu tetap tidak mau pulang. Ya sudah endingnya agak-agak mengganggu kalbu gitu. Mereka pun berpisah. Quentin balik ke kampung dan Margo tetap pada tujuan awalnya. Kota Besar. New York kalau gak salah hehe. 

Sesuatu yang bikin cukup terhibur dari buku ini adalah teman-teman Quentin yang koplak (baca konyol) banget. Bikin cerita ini jadi sedikit fresh. Mungkin satu hal yang bikin saya tidak suka dari buku ini adalah genrenya hahaha. 




Minggu, 04 Oktober 2015

[Resensi Novel] Kristalisasi


Kristalisasi
Alexia Deechen, Melody Violine, Aryo Pratomo, Harbowoputra, Andry Chang, Pratama Wirya, Rynaldo C. Hadi, Iris Aegis, Ami Raditya, Hans J. Gumulia

Judul asli: Kristalisasi
Pengarang: Alexia Deechen, Melody Violine, Aryo Pratomo, Harbowoputra, Andry Chang, Pratama Wirya, Rynaldo C. Hadi, Iris Aegis, Ami Raditya, Hans J. Gumulia
Terbit: tahun 2012
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 266 hlm

Semesta Vandaria memendam beragam kisah menawan. Bisikan Sang Angin menuntun Evander Evrard dalam duelnya sebagai komandan Isfaris. Vaeran tidak segan-segan menghukum manusia-manusia penyebab Padamnya Bintang-Bintang Vaeran sendiri, hingga seorang Pejalan Cakrawala memutuskan untuk campur tangan. Sebulan sekali, Hamon menyaksikan anak manusia dijadikan bahan baku Batu Filsuf di Kastel Deimos. Suatu pagi pada Musim Gugur, Murid Akademi Sihir Holstok bernama Lena terbangun dan mendapati seekor naga bening dalam kamarnya.
Dengan Nyanyian Alam, Fyanei berusaha menyelamatkan desanya dari longsor. Gael Grifon berguru kepada seorang frameless tua yang sinis demi menjadi manusia penyihir di Padang Hijau Atap Merah. Tiga buah Relik Agung Gallizur dicari untuk menghadapi jenderal Deimos keji dan salah satunya telah dipegang Athalos, pemuda misterius yang hilang ingatan. Di Bawah Bulan Separuh kota perdagangan Zarkand, seorang pencuri bertekad mengambil kembali kristal miliknya. Beri Kami Damai adalah tugas terakhir Arvena, seorang penyair yang sering membohongi rakyat dengan syair kepahlawanan. Pentagon menghadirkan masa lalu lima tokoh yang akan memegang kunci nasib Benua Elir.
Tiga zaman, tiga benua, sepuluh kisah yang mengkristal dalam satu semesta Vandaria...

Fun bacanya! Cerita-ceritanya ringan. Mayoritas bercerita tentang perseteruan antara frameless dengan manusia.

Buku kompilasi berisi sepuluh kisah berbeda yang ditulis oleh sepuluh pengarang berbakat. Beberapa penulis adalah seorang amatir dan tidak terlalu produktif tapi tulisan mereka cukup bagus. Penulis favorit saya adalah Alexia Deechen dan Iris Aegis. Mereka pandai merangkai kata menjadi kisah yang mengalun indah. Pendiskripsian mereka juga bagus seolah kita juga bisa merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh dalam cerita dan mampu membayangkan seperi apa Dunia Vandaria itu. 

Ada beberapa cerita yang kurang menarik, tapi ada juga yang sangat mengena. Di Bawah Bulan Separuh adalah salah satu cerita favorit saya. Penulis mengangkat cerita dari sisi gelap Dunia Vandaria, di mana tidak semua manusia bahkan frameless hidup dengan aman dan damai. Selain itu judul Padang Hijau Atap Merah juga cerita yang menarik. Kisahnya lucu dan gaya penulisannya seperti dongeng. Seakan-akan cerita itu hanyalah hikayat di dalam semesta Vandaria. 




Ada sepuluh cerita pendek di dalam buku ini:

1. Bisikan Sang Angin oleh Alexia Deechen 
Bercerita tentang seorang komandan negeri Isfaris bernama Evrard yang pingsan lalu diselamatkan oleh seorang frameless ketika pasukan frameless menyerbu negeri tersebut. Ironisnya, frameless yang menyelamatkan Evrard adalah komandan pasukan frameless sendiri yang bernama Haleine.

Cerita yang saya suka. Masa lalu Evrard dan Haleine sama-sama misterius. Penulis bisa mendeskripsikan sesuatu dengan baik. Ceritanya sangat tipikal tapi menarik. 

2. Padamnya Bintang-Bintang Vaeran oleh Melody Violine
Seorang penyihir frameless bernama Vaeran membunuh Charnd, seorang penyair, karena menganggap penyair tersebut telah membuat Melviola, pemain viola kesayangan Vaeran, kehilangan bakatnya. Penyebabnya ternyata Charnd dan Melviola saling jatuh cinta. Akibatnya nada-nada viola yang dimainkan Melviola menjadi berubah karena adanya perasaan cinta di dalam dirinya. 

Mentah dan murni. Seakan-akan cerita ini terjadi beratus-ratus tahun yang lalu, pada masa-masa awal terciptanya Vandaria. Tema cerita roman yang sederhana tapi indah. Endingnya bikin penasaran. 

3. Batu Filsuf oleh Aryo Pratomo
Seorang anak yang tinggal bersama gurunya di sebuah kastil. Setiap satu bulan sekali, Sang Guru mendapat kiriman seorang anak manusia dan dia mengubahnya menjadi sebuah batu permata. Hal itu sudah dilakukan ribuan kali dimulai sejak para leluhur mereka. Tujuannya adalah untuk membuka pintu menuju surga Eden, dan bahkan membuat surga yang baru.

Ceritanya kurang menggigit, endingnya kurang klimaks hehe..

4. Musim Gugur oleh Harbowoputra
Bercerita tentang murid sekolah sihir Holstok bernama Lena yang tiba-tiba diikuti oleh seekor naga. Setting waktunya bergantian antara kejadian 500 tahun yang lalu dengan 500 tahun kemudian.

Saya agak bingung sama alur dan jalan ceritanya. Penulisnya kurang detail (atau mungkin kurang oke dalam mendeskripsikan sesuatu, ya) jadi saya gak nangkep apa maksudnya si penulis. Gaya penulisannya kaya baca cerita anak-anak.


5. Nyanyian Alam oleh Andry Chang
Seorang gadis bernama Fyanei yang berhasil menyelamatkan desanya dari musibah longsor berkat nyanyian magisnya yang mampu menahan longsoran tanah.

Cerita yang sangat simpel. Terlalu tipikal. Rada membosankan. Tapi ada pesan moral dalam cerita ini: jangan menggunduli hutan, ya.

6. Padang Hijau Atap Merah oleh Pratama Wirya
Seorang manusia yang ingin belajar sihir dan berusaha membujuk soerang frameless agar bersedia menjadi gurunya.

Ini cerita lucu dan sederhana. Seperti membaca cerita lepas dalam sebuah dongeng. Seakan-akan cerita ini hanyalah hikayat, tidak nyata, dalam sebuah dunia Vandaria yang sama tidak nyatanya.

7. Relik Agung Gallizur oleh Rynaldo C. Hadi
Bercerita tentang seorang pemuda yang berhasil menemukan salah satu dari tiga benda pusaka milik Gallizur. Singkat cerita, ketiga benda pusaka itu akhirnya berhasil ditemukan dan salah satunya dihancurkan menggunakan dua pusaka sisanya sehingga lepaslah segel yang membelenggu deimos bernama Semiazas.

Ceritanya membosankan. Terlalu banyak intrik yang tidak perlu.


8. Di Bawah Bulan Separuh oleh Iris Aegis
Seorang anak gelandangan yang sepertinya memiliki takdir yang hebat. Dia berusaha mencuri uang milik gelandangan tua tapi yang didapatnya malah sebutir kristal yang sangat indah. Si gelandangan tua berkata bahwa benda itu adalah milik si bocah dan dia sudah menunggunya selama ribuan tahun.

Ceritanya bagus dan endingnya bener-bener bikin penasaran. Gantung banget. Semacam ini cerita baru prolognya aja.

9. Beri Kami Damai oleh Ami Raditya
Bercerita tentang seorang penyair bernama Arvenia yang selalu ikut ke medan perang. Dia menyampaikan kebohongan kepada rakyatnya, berkata bahwa para prajurit bertempur dengan gagah berani dan gugur dengan terhormat, padahal tidak seperti itu kenyataanya.

Apa ya, serasa ada yang mengganjal di cerita ini. Sejak awal konsep tentang penyair yang selalu ikut di garis depan medan pertempuran rasanya tidak bisa dibayangkan. Pesan moral dalam cerita ini: jangan berbohong meskipun pahit kenyataanya.

10. Pentagon oleh Hans J. Gumulia
Cerita kompilasi di dalam buku kompilasi. Ceritanya yang hanya sepotong-sepotong jadi bikin malas nulis sinopsisnya. Jadi intinya ada lima cerita pendek berbeda di dalam cerita pendek ini. Dan sepertinya kelima cerita ini nantinya akan saling bertautan. Entah di buku seri Vandaria Saga yang mana saya bisa menemukan cerita ini supaya bisa membaca versi utuhnya. Padahal penasaran juga nih sama kelanjutan ceritanya. Hhh..



Minggu, 13 September 2015

[Resensi Novel] Redfang oleh Fachrul R.U.N.


Redfang
Fachrul R.U.N.

Judul: Redfang
Pengarang: Fachrul R.U.N.
Terbit: tahun 2011
Penerbit: Mizan Fantasi
Cetakan pertama: 2011
Jumlah halaman: 418 hlm
  
Delapan tahun silam, Cassius Redfang menghabisi adiknya demi menyandang gelar warisan sang ayah. Sekarang, dipandu mimpi ganjil istrinya, Cassius menemukan fakta mengejutkan, sang adik telah kembali mewujud di dunia. Dilanda kebingungan, Cassius mulai mencoba menyingkap teka-teki dibalik kebangkitan adiknya. Mukjizat para Vanadis-kah? Ataukah... orang itu justru berhubungan dengan hawa gelap yang menyeruak perlahan di negeri Blackmoon? Segalanya serba gelap...

Ini cerita bagus, lho! Penulis di hikayat Vandaria Saga yang paling saya suka! Warna ceritanya seperti cerita Game of Throne; tentang perebutan kekuasaan, pertikaian antar keluarga, adu domba dan saling hasut, intrik politik, balas dendam. Walaupun tidak digambarkan secara mendalam dan detail, tapi suasana kelam dan panas dari api yang dikobarkan oleh penulis sangat terasa.

Btw, nama Cassius ini sangat familier bagi saya yang suka nge-game hehe..


Pada suatu masa di sebuah provinsi Kerajaan Valta yang dipimpin oleh klan Redfang, terjadi perselisihan antara kakak dan adik memperebutkan takhta. Sang adik, Velius, seharusnya yang akan menggantikan raja yang mangkat. Tapi Cassius, sang kakak, tidak terima. Maka Cassius pun membunuh Velius secara diam-diam dalam duel satu lawan satu. Cassius lalu menikah dengan Avenia, yang sebelumnya adalah tunangan Cassius.

Suatu hari Cassius diserang oleh seseorang yang sangat mirip dengan Velius. Cassius tentu saja ketakutan setengah mati, berpikir kalau-kalau Velius hidup kembali dengan bantuan deimos dan akan balas dendam.

Ternyata singkat cerita, itu adalah ulah Arvenia. Setelah kematian Velius, dia mengadopsi anak laki-laki dan "mendidiknya" agar menjadi seperti Velius; ya tingkah laku, kemampuan, maupun karakternya. Arvenia memang sejak awal tahu kalau Cassius lah yang membunuh Velius.

Tapi, ini bukan lah sekedar balas dendam semata. Ada banyak hal lain yang dipertaruhkan dan dikorbankan di sini. Perebutan takhta, mencari sekutu untuk memperluas wilayah klan, bahkan sesuatu yang lebih besar dan mengerikan; yaitu kebangkitan deimos

Plot ceritanya sangat tertata, alurnya lambat tapi tidak membosankan. Karakter masing-masing tokoh tidak semua dikupas. Hanya Cassius dan Velius yang menjadi sorotan. Bahkan Velius pun hanya tampil sekilas. Sayang sekali, padahal tokoh Velius ini sepertinya bakal populer jika dia tidak buru-buru mati dibunuh kakaknya mengingat pribadinya yang mempesona banyak orang (saya doang maksudnya hahaha). Ide cerita ini mungkin sederhana: ambisi, cinta, dan balas dendam. Tapi penulis bisa membuat ide ini berkembang menjadi cerita yang menarik, penuh intrik, pengkhianatan, dan dibumbui dengan unsur politik. Ini sangat sesuai dengan situasi dan kondisi yang banyak dialami kerajaan-kerajaan jaman dahulu dimana sumber permasalahan adalah seputar perebutan kekuasaan antar anggota keluarga. Cocok pokoknya.

Banyak tokoh-tokoh penting yang akan mati, termasuk Cassius sang tokoh utama. Tidak banyak ditemukan adegan baku hantam, sebagian besar cerita menyorot tentang Cassius yang berusaha mengatasi masalah gangguan psikis yang berasal dari akar pikirannya sendiri. Kemunculan sosok Velius yang seharusnya sudah mati membuat dia mengalami halusinasi dan ketakutan akan pembalasan dari Velius.

Ini mungkin salah satu dari sedikit novel dimana kegelapan yang menang, walaupun cara pencapaiannya dibalut dengan tindakan yang heroik dan benar di mata dunia. Cerita ini pasti akan ada sekuelnya, mengingat endingnya yang masih gantung, entah sudah terbit atau belum bukunya. Dan saya pikir cerita di buku Redfang ini ada buku prekuelnya, tapi entah yang mana.

Saya tertarik membeli novel ini karena saya penasaran dengan konsep cerita Vandaria Saga yang settingnya mirip dalam sebuah game RPG. Bahkan konsep unik ini disebut sebagai role playing novel yang pertama, alih alih role playing game. Wow..

Baca deh, terutama karangan Kak Fachrul. Akan ada banyak intrik, banyak kejutan, banyak tanda tanya, cerita yang kompleks tapi enak untuk dilahap! 





















 

Sabtu, 29 Agustus 2015

[Resensi Novel] Three Weddings and Jane Austen oleh Prima Santika


Three Weddings and Jane Austen
Prima Santika

Judul: Three Weddings and Jane Austen
Pengarang:  Prima Santika
Terbit: Januari 2012
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan kedua: Maret 2012
Jumlah halaman: 464 hlm

Tak ada yang lebih membahagiakan seorang ibu daripada melihat anak gadisnya menikah dengan pria baik yang dicintainya.
Seperti memiliki pajangan kristal yang indah dan sangat mahal, memiliki anak gadis dewasa yang belum menikah rasanya selalu dalam kebimbangan. Kalau dipajang, takut dicuri orang. Tapi kalau hanya disimpan, takut tak ada yang tahu. Dan jangan sampai pecah atau hilang, karena kebahagiaan hakiki seorang wanita setelah menjadi ibu adalah menjadi nenek bagi para cucunya. 
Ibu Sri memiliki tiga gadis yang belum juga menikah di usia matang mereka. Emma 35 tahun, Meri 30 tahun, dan Lisa 29 tahun. Dia sangat menyukai novel-novel karya Jane Austen dan berpendapat semua masalah percintaan anak-anaknya dapat mengambil suri tauladan yang tersirat dalam novel-novel itu. Namun seperti nasib kebanyakan gadis lajang, cinta tak selalu bersatu dan jodoh tak ada yang tahu. Kini Ibu Sri tak bisa hanya menasihati. Dia harus melakukan sesuatu untuk menolong gadis-gadisnya. Mereka harus melalui derita penyesalan, memaknai kejadian, mengubah keyakinan, dan mengikhlaskan harapan, berharap bahagia akan muncul dalam bentuk pernikahan. Dan buku Jane Austen pun hadir memperlancar proses pendewasaan.

Novel dengan tema yang sangat tipikal tapi dengan jalan cerita yang unik! Tentu saja yang menarik perhatian saya pertama kali adalah covernya yang eye catching. Saya baca sinopsisnya kok kurang terkesan, tapi tetap saya beli juga. Awal membaca ceritanya membosankan, tapi lama-kelamaan bikin penasaran.

Buku ini berkisah tentang seorang ibu dengan tiga anak gadisnya; Emma, Meri, dan Lisa, yang sudah cukup matang untuk menikah tapi bahkan jodoh saja belum ada. Maka sebagai seorang ibu yang merasa khawatir anak-anaknya akan melajang sampai entah kapan, Ibu Sri, nama tokoh si ibu ini, berusaha mencarikan jodoh untuk mereka. Alkisah, walaupun sudah memiliki hubungan maupun pendekatan dengan pria, perjalanan cinta ketiga anak Ibu Sri kurang mulus, sehingga terpaksa beliau turut campur dalam hubungan mereka, hingga akhirnya mereka menikah juga dengan pria yang tepat. Dalam memberikan nasihat dan dukungan kepada anak-anaknya, Ibu Sri menyelipkan kisah-kisah dari buku-buku Jane Austen yang dirasa sesuai dengan kondisi yang dialami mereka, sehingga diharapkan anak-anak Ibu Sri bisa  mengambil pelajaran dan tahu apa yang harus dilakukan.

Nah, kenapa kok cewek-cewek itu belum nikah juga? Bukannya gak laku atau gak ada yang suka, tapi mereka semua trauma pernah mengalami patah hati di masa mudanya. Jadi mereka sedikit menjaga hati mereka untuk cowok-cowok yang ngedeketin. Jangan sampe cowok-cowok baru taraf PDKT tapi si cewek udah berharap lebih, takut patah hati lagi. Gimana mau nikah kalo calonnya aja belum ada karena masih belum move on..

Emma, dulu waktu SMA pernah punya pacar. Pacar pertama kalinya dan satu-satunya bernama Adit. Mereka pacaran lama banget sampai suatu ketika di umur mereka yang ke 25 Adit ngelamar Emma. Emma setuju. Eh, besoknya Adit ngabarin kalau mereka gak akan bisa nikah. Keluarga Adit kena masalah yang mengharuskannya menikah dengan sepupu jauhnya. Sedih banget.. 

Meri, ketika kuliah punya pacar yang bener-bener dicintainya bernama Edo. Mereka pacaran sampai kerja dan memang bercita-cita menuju pelaminan. Tiba-tiba aja, Edo menghamili temen sekantornya. Pupus sudah cita-cita mereka berdua untuk menikah..

Lisa, yang naksir banget sama seniornya di SMA, Deni. Eh, ternyata sahabatnya juga naksir. Jadi Lisa milih ngalah aja demi persahabatan. Sahabat Lisa, Amel, akhirnya pacaran sama Deni. Lisa sih, cuma bisa gigit jari liat mereka jalan bareng. Sstt, padahal sebenernya Deni ini juga suka sama Lisa. Tapi pas Deni ngajak jalan malah ditolak karena Lisa tahu kalo Amel suka Deni. Hati Lisa jadi tertutup untuk laki-laki lain.




Cerita ini dibagi menjadi empat sudut pandang yang berbeda dan diceritakan bergantian: Emma, Meri, Lisa, Ibu Sri. Pada bagian anak-anak perempuan, pembaca akan mengalami perjalanan kisah cinta dan mendengar kata hati mereka saat sedang mencari makna tentang cinta. Pada bagian Ibu Sri bercerita lebih kepada pengamatan dan nasihat beliau terhadap tingkah laku anak-anaknya. Menarik nih, sebab di setiap akhir bab cerita masing-masing tokoh selalu ada puisi yang ditulis oleh tokoh yang diceritakan tersebut. Puisinya bagus-bagus, lho.

Tokoh-tokoh dalam buku ini juga kaya rasa, masing-masing memiliki karakter yang berbeda. 

Emma adalah pemilik butik, perempuan yang Njawani, alus, kalem, sabar, dan tidak suka menampakkan emosinya secara terang-terangan. Karakternya sangat rumit, terutama pandangannya mengenai hubungan laki-laki dengan perempuan cukup berbelit. Nantinya Emma akan menghadapi dua pilihan laki-laki:
1. Dian, seorang dokter spesialis anak yang sudah sering jalan berdua dengan Emma tapi Dian sendiri belum juga ngajak pacaran.
2. Krisna, seorang duda dua anak pengusaha batik yang baru bertemu dua kali sudah ngajak Emma nikah.

Emma sebenarnya menaruh harapan pada Dian hingga dia menolak lamaran Krisna. Tapi ternyata setelah dua bulan mereka jalan bersama, Dian hanya menganggap Emma sebagai temannya, tidak lebih.. 

Meri, pekerja kantoran dengan karakter yang romantis, supel, populer, modis, gaul, cantik membuatnya banyak didekati laki-laki. Dia memang punya banyak temen laki-laki, tapi cuma satu yang bener-bener dicintainya. Pandangannya tentang cinta sebenarnya sederhana: romantisme. Makanya dia bingung milih mana diantara dua laki-laki:
1. Bimo, pacarnya yang fotografer tapi sudah tidak romantis lagi karena sudah tiga tahun pacaran.
2. Erik, editor di kantor Lisa yang punya hobi sama dengan Meri, plus dia sangat romantis. Erik bisa memberikan suasana yang lama dirindukan Meri; romantisme, humor, petualangan, kejutan-kejutan kecil, dan waktu (karena Bimo super sibuk). Dan akhirnya Meri pun selingkuh sama Erik.

Lisa, seorang jurnalis yang lugu dan membumi. Dia sedang galau karena naksir gebetannya pas SMA, bernama Deni, pengusaha restoran kaya raya yang sungguh tampan. Lisa bingung bagaimana cara dia menunjukkan perasaannya kepada Deni. Lisa yang trauma masalah percintaan karena melihat orang-orang terdekatnya ada yang selingkuh bahkan bercerai membuat dia takut juga untuk pacaran, apalagi nikah. Dia juga suka membandingkan laki-laki lain dengan Deni. Jadi banyak laki-laki yang belum dekat aja Lisa udah menjauh duluan. Ya gimana bisa kenal karakter mereka dong. Nantinya Deni mengungkapkan perasaanya sejak dulu sampai sekarang ini ke Lisa. Walaupun akhirnya tahu mereka sama-sama cinta, Deni akan pindah ke Amerika dan gak akan pernah kembali. Mereka tetap tidak akan bersatu.

Dua persamaan yang ada di setiap tokoh: 
1. Sama-sama punya cinta sejati, namun patah hati.
2. Sama-sama tercerahkan dan mau membuka hati untuk laki-laki lain setelah membaca novel Jane Austen.

Tapi untuk tokoh-tokoh cowoknya kurang suka, terlalu sempurna. Pintar, tampan, tinggi, baik, populer, kaya pake raya. Cerita ini juga menyiratkan kalau laki-laki yang ideal dijadikan suami adalah yang punya kriteria seperti tadi. Kan membosankan tuhhh, huhuhu padumenn..

Alur ceritanya lambat, apalagi ketika masing-masing tokoh sedang merenungi nasib cinta mereka, berpikir tentang arti cinta dan pernikahan, dan hubungan antara laki-laki dengan perempuan. Cukup berbelit jadinya rada membosankan. Namun, ceritanya sendiri menarik dan gaya penulisannya unik.
 
Penulis sangat lihai menyelami karakter tokoh-tokoh yang semuanya perempuan. Beliau mampu mengungkapkan apa arti hubungan dan menyampaikan perasaan dari sudut pandang perempuan. Percakapan dalam buku ini juga bagus, tidak pakai bahasa gaul tapi tetep asik didengar

Saya suka buku ini karena memberi saya nasehat bahwa pada akhirnya kita tidak harus menikah dengan orang yang kita cintai, yang kita anggap adalah belahan jiwa kita, cinta pertama kita, cinta sejati kita, dsb. Mungkin seseorang yang kita nikahi nantinya bukan lah orang yang awalnya kita suka, atau kenal lama dengan kita, atau orang yang sesuai dengan kriteria dan standar kita, tapi pada akhirnya dia lah orang yang tepat untuk kita.

Novel ini juga bikin saya penasaran baca karya Jane Austen. Hedeh, payahnya sampe sekarang saya belum pernah baca literatur karya penulis epik itu. Genrenya mungkin yang bikin saya nanti-nanti dulu lah bacanya. Tapi saya berniat harus baca buku apa pun itu, tidak peduli itu buku filsafat, puisi, komik, buku anak, buku TTS, semangat.. Osh! (malah ngelindur).

Ada beberapa hal yang sedikit rasis, padahal sebenarnya itu realistis, terutama di lingkungan kita masyarakat Indonesia yang menganut budaya timur. Dikatakan bahwa profesi dokter dianggap profesi yang mapan dengan kasta yang paling tinggi, dimana laki-laki dengan profesi dokter layak untuk dijadikan suami. Laki-laki yang kaya raya juga dianggap sama. Selain itu, latar belakang para tokoh yang adalah orang Jawa, terutama perempuan, selayaknya bersikap kalem dan tidak elok menampakkan perasaannya secara terang-terangan. Mungkin ini juga pengaruh dari buku Jane Austen. Memang saya belum baca, tapi dari penuturan penulis saya sedikit paham tema karya-karya Jane Austen.

Ada sesuatu yang bikin saya bertanya-tanya. Kenapa Bimo gak ngajak nikah Meri dari dulu-dulu ya? Kan mereka udah lama saling kenal, mapan karier dan juga sudah cukup usia. Hmm.. Trus, Si Deni kalo emang cinta banget sama Lisa ya ajak aja Lisa ke Amerika. Lisa juga cinta, pasti mau lah diajakin pindah Amerika wkwkwk.
  
Ada beberapa kesalahan dalam penyebutan tokoh. Satu hal yang bikin bingung, di dalam setiap percakapan tidak ada keterangan siapa yang berbicara, dengan siapa dia berbicara, pokoknya gak jelas siapa yang ngomong. Padahal ada banyak adegan di mana empat orang yang berbeda saling mengobrolMbingungi..
 
Endingnya Emma nikah sama Krisna, Meri sama Bimo, Lisa sama Geri, sahabatnya. Pernikahan mereka bisa terjadi karena Ibu Sri ikut turun tangan menyatukan merekaSepertinya buku ini bagus kalau dijadikan film.