Wonderstruck
Brian
Selznick
Judul
asli: Wonderstruck
Pengarang:
Brian Selznick
Terbit:
tahun 2011
Penerjemah:
Marcalais Fransisca
Penerbit:
Mizan Fantasi
Cetakan
pertama: November 2013
Jumlah
halaman: 645 hlm
Kawanan
serigala itu menatap Ben lekat dengan taring-taring putih berkilat dan lidah
merah menjulur. Mereka mulai berlari melintasi hamparan salju tak berbatas di
bawah terpaan sinar bulan. Jantung Ben berdegup bertalu-talu. Keringat mulai
mengucur deras. Mimpi yang sama. Apa maksud semua ini? Mengapa mimpi-mimpi itu terus
menghampirinya sejak kecelakaan itu terjadi? Andai Ben tahu, mimpi-mimpi itu
barulah awal dari rentetan kejutan dalam hidupnya dan… petunjuk berharga untuk
menemukan sang ayah yang lama menghilang.
Wonderstruck,
disanjung pembaca di seluruh dunia sebagai salah satu buku menakjubkan. Ilustrasi
yang sarat makna berpadu dengan teks yang mengalir menjadi satu cerita yang
utuh, membuat Selznick layak disebut genius.
Ceritanya sederhana
banget dan agak bosenin menurut saya. Gampang ditebak dan kurang greget, namun
unik sebab mengisahkan dua cerita yang berbeda di masa yang berbeda pula. Kisah
Ben dituangkan dalam bentuk narasi sedangkan Rose dalam bentuk gambar ilustrasi
yang keren! Ini dia yang bikin kepincut beli bukunya, secara saya belum pernah
baca novel Selznick sebelumnya yang kabarnya juga banyak digemari. Setelah baca,
pendapat saya: ilustrasi keren menyelamatkan buku ini dari cerita yang
biasa-biasa saja >.<
Pertama kali baca bingung juga, kok narasi sama
ilustrasinya beda banget, tidak nyambung. Ternyata memang narasi dan ilustrasi
itu menceritakan dua orang yang berbeda. Ilustrasinya bagus, apalagi kalau
halamannya dibuka cepet jadi kaya nonton film. Ilustrasi Selznick ini sangat
detail. Raut muka dan mimik wajah dibuat sangat apik sehingga tanpa kata-kata
pun saya bisa ngerti bagaimana cerita dan kondisi dari Rose. Narasinya juga
mudah dipahami, tidak berbelit.
Selesai baca buku ini
malah bikin saya galau. Nasib si tokoh utama yang baru berusia sekitar 10 tahun
ini kurang beruntung. Ibunya meninggal dan dia tidak kenal ayahnya; yang
ternyata ayahnya pun juga udah meninggal. Bahkan ayahnya tidak jelas apa dia
mengetahui keberadaan anaknya atau tidak. Pertanyaan si tokoh utama yang masih
terngiang-ngiang di benak saya:
“Jika
ibunya mengerti rasanya merindukan sesuatu, mengapa ia tidak mau membicarakan
satu-satunya hal yang dirindukan oleh Ben?”
Egois sekali kedua
orang tua si tokoh utama. Bapaknya belum pernah liat wujud anaknya sampai dia
meninggal. Ibunya pun belum sempat menceritakan tentang bapaknya sampai ia
meninggal juga. Mungkin ada alasan di balik sikap kedua ortunya yang seperti
itu. Tapi apa pada akhirnya mereka memikirkan perasaan si anak? Ujung-ujungnya
anaklah, yang notabene tidak ngerti apa-apa, yang harus berkorban dan memahami
keadaan ortunya.
Sayang kertasnya buram.
Semisal pake kertas yang lebih bagus, pasti gambar ilustrasinya juga bagus dan
enak dilihat. Covernya kurang menarik. Tulisan judulnya itu kok dibuat miring. Bagian
yang paling mengganggu nih ketika ada gambar ilustrasi yang terpotong di tengah
halaman, sebab tulisannya jadi tidak nyambung dan susah dibaca.
Buku yang layak buat
dikoleksi secara ilustrasinya bagus banget.