The Children of Hurin
Putra-putri Hurin
JRR. Tolkien
Judul asli: The Children of Hurin
Pengarang: JRR. Tolkien
Terbit: tahun 2007
Penerjemah: Gita Yuliani K
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan pertama: 2016
Jumlah halaman: 343 hlm
Kisah anak-anak Hurin berlangsung jauh sebelum The Lord of the Rings, ketika Morgoth masih menghuni benteng Angband di Utara. Dalam bayang-bayang Angband serta perang yang dikobarkan Morgoth terhadap elves inilah nasib Turin dan adiknya Nienor saling terkait secara tragis.
Hidup mereka yang singkat dan penuh tragedi didominasi oleh kebencian Morgoth yang luar biasa terhadap Hurin, manusia yang berani menentangnya terang-terangan. Morgoth mengirim pelayannya yang paling digdaya, Glaurung, roh dahsyat berbentuk naga api raksasa tak bersayap, untuk menggenapi kutukan Morgoth dan menghancurkan anak-anak Hurin.
Dimulai oleh JRR. Tolkien pada akhir perang dunia pertama, The Children of Hurin menjadi kisah yang dominan dalam karya Tolkien setelahnya tentang Middle-earth. Tetapi dia tak sempat mewujudkannya dalam bentuk final. Dalam buku ini Christopher Tolkien telah menyusun suatu narasi yang utuh tanpa intervensi penyuntingan setelah melalui pengkajian lama atas naskah-naskah ayahnya.
Buku Mr Tolkien yang bikin baper seumur hidup! Mungkin bisa saja seumur hidup karena udah seminggu ini saya masih terbayang-bayang kisah Turin. Ketika ada kesempatan melamun, pikiran saya melayang ke Middle-earth, ikut meratapi nasib Turin yang tragis.
Pada suatu masa, Hurin dan Huor, adiknya, ikut rombongan pasukan untuk berburu orc. Dalam pertempuran melawan sekelompok orc, mereka terpisah dari rombongan dan tersesat. Mereka lalu ditolong oleh Elang dan dibawa terbang menuju Gondolin, sebuah kerajaan elf yang tersembunyi dan bahkan Morgoth pun tidak tahu keberadaannya. Mereka diterima oleh Raja di sana dan tinggal di kerajaan itu. Setelah satu tahun mereka ingin pulang ke negerinya karena merasa harus ikut berperang bersama rakyatnya melawan kegelapan. Mereka bersumpah tidak akan bercerita apa pun tentang Gondolin.
Alkisah Hurin memiliki dua anak, Turin dan Urwen. Saat negeri mereka, Dor-lomin, dilanda wabah penyakit yang dihembuskan oleh Morgoth, Turin berhasil sembuh tetapi Urwen meninggal. Maka timbul perasaan benci dan dendam terhadap Morgoth pada diri Turin. Kegelapan yang semakin dekat membuat Hurin harus terus berperang mengusir orc. Dalam sebuah perang besar dimana manusia dan elf bergabung untuk melawan Morgoth, kebaikan kalah. Hurin berhasil ditangkap dan ditawan oleh Morgoth.
Di benteng Angband, Hurin dipaksa Morgoth untuk memberitahu lokasi Kerajaan Gondolin tetapi Hurin menolaknya. Maka Morgoth pun mengutuk seluruh keluarga dan keturunan Hurin. Hurin diikat di menara tertinggi dan dipaksa untuk menyaksikan sendiri keturunannya suatu saat akan hancur akibat kutukan Morgoth.
Di benteng Angband, Hurin dipaksa Morgoth untuk memberitahu lokasi Kerajaan Gondolin tetapi Hurin menolaknya. Maka Morgoth pun mengutuk seluruh keluarga dan keturunan Hurin. Hurin diikat di menara tertinggi dan dipaksa untuk menyaksikan sendiri keturunannya suatu saat akan hancur akibat kutukan Morgoth.
Hurin pun tidak kembali ke negerinya, dan tidak ada seorang pun yang berhasil kembali untuk sekadar memberi kabar. Sesuai pesan Hurin, Morwen, istrinya, mengirim Turin kecil kepada Raja Thingol di Doriath. Morwen yang berkeras menunggu kepulangan suaminya, tetap tinggal di Dor-lomin. Selain itu dia juga sedang hamil.
Turin diterima di Doriath dan tinggal di sana hingga dewasa. Suatu hari, dia dihina oleh seorang elf yang iri padanya bernama Saeros. Turin yang tumbuh menjadi pemuda kuat dan berani memburu Saeros hingga tidak sengaja Saeros jatuh ke sungai dan meninggal. Turin pun kabur dari Doriath.
Dalam pelarian, Turin bertemu sekelompok penyamun dan berhasil menjadi pemimpin mereka. Suatu hari ketika mengembara, kelompok penyamun itu bertemu dengan kurcaci bernama Mim. Mereka pun tinggal di gua tempat tinggal Mim.
Seorang elf dari Doriath yang merupakan sahabat Turin bernama Beleg berhasil menemukan lokasi Turin. Beleg pun bergabung dengan kelompok penyamun itu. Morgoth yang tahu lokasi persembunyian Turin mengirim pasukan orc untuk menangkap Turin. Mim yang sangat membenci ras elf berkhianat, dan memberitahukan pada orc tempat persembunyain Turin dan Beleg. Kelompok penyamun itu akhirnya kalah. Turin dibawa pergi dan Beleg diikat dan ditinggalkan di tempat. Namun, Beleg berhasil bebas dan mengejar Turin.
Di jalan dia bertemu dengan seorang elf yang berhasil kabur dari Angband bernama Gwindor. Berdua mereka berhasil membuntuti Turin. Rombongan orc sedang beristirahat saat Beleg mengendap-endap hendak membebaskan Turin yang terikat. Turin yang saat itu pingsan karena kelelahan tersadar dan kaget melihat ada orc yang membungkuk seolah ingin menusuknya. Reflek Turin melindungi diri dengan menusukkan pedang ke arah sosok yang sesungguhnya adalah Beleg. Beleg pun meninggal.
Turin dan Gwindor melanjutkan perjalanan menuju ke Nargothrond, negeri tempat Gwindor berasal. Sekali lagi karena kecakapannya, Turin dipercaya menjadi penasehat Raja Orodreth, penguasa Nargothrond. Pada saat itulah, Morwen dan Nienor, adik kedua Turin yang belum pernah dilihatnya, kabur ke Doriath; berharap bisa bertemu Turin di sana. Padahal Turin sudah bertahun-tahun lari dari negeri itu.
Saatnya tiba ketika Morgoth akhirnya mengirim Glaurung untuk menghancurkan Nargothrond sekaligus memburu Turin. Turin pun berhadapan langsung dengan naga itu. Glaurung berhasil melancarkan sihir pada Turin sehingga dia menjadi linglung. Dalam kebingungannya, Turin berjalan menuju Dor-lomin. Glaurung pun berhasil menaklukkan Nargothrond.
Sampailah Turin di negeri kelahirannya, Dor-lomin. Namun, ibunya sudah lama meninggalkan tempat itu. Turin tidak hendak menyusul Morwen ke Doriath sebab khawatir ibunya akan ikut ditimpa kesialan akibat kutukan Morgoth yang selalu mengikuti ke mana Turin pergi. Turin lalu berbelok menuju negeri Brethil dan dia disukai di sana. Turin mengubah namanya menjadi Turin Turambar. Hidup Turin yang selalu dalam pengembaraan dan berpindah-pindah membuatnya memiliki banyak nama dan julukan.
Morwen yang sudah mendengar kabar tentang Nargothrond dan isu keberadaan Turin berniat untuk mencari Turin ke sana. Nienor ikut. Sampai Nargothrond keadaan sudah hancur lebur. Glaurung yang tinggal di balairung istana Nargothrond mengetahui kedatangan Morwen dan dia menghembuskan kabut asap yang membuat Morwen dan Nienor terpisah. Nienor yang berjalan terseok di tengah kabut pekat tidak sengaja bertemu Glaurung dan terkenalah dia pada sihir naga itu. Nienor menjadi gila dan berlari kalang kabut hingga sampailah dia di Brethil. Nienor yang pingsan ditemukan oleh Turambar (Turin). Nienor yang hilang ingatan lalu diberi nama Niniel oleh Turambar. Niniel pun tinggal di Brethil. Seiring waktu Turambar dan Niniel saling menyukai dan menikahlah mereka (nooooo!).
Singkat cerita Glaurung sampai juga ke wilayah Brethil. Turambar berhasil mengalahkannya, namun dia pingsan di samping Glaurung akibat racun dari tubuh Sang Naga. Niniel yang datang mencari Turambar menemukannya tergeletak dan menyangka dia sudah mati. Glaurung saat itu sekarat. Sebelum mati dia mengungkapkan segala kebenaran tentang Turin kepada Niniel. Setelah mati, sihir yang menguasai Niniel pun juga ikut musnah bersama pemiliknya. Maka kembalilah semua ingatan Niniel. Niniel syok dan depresi setelah mengetahui kebenaran itu akhirnya bunuh diri. Padahal dia sedang hamil. Turambar akhirnya siuman. Tak lama dia juga mengetahui kebenaran tentang dirinya sendiri dan juga kematian Niniel akhirnya ikut bunuh diri.
Maka berakhirlah kisah Hurin dan anak-anaknya; Turin, Urwen, dan Nienor.
Covernya keren.
Disisipi ilustrasi berwarna yang tidak kalah kerennya.
Diantara sekian bab, saya paling kagum dengan bab III yang bercerita tentang percakapan (atau perdebatan) antara Morgoth dengan Hurin. Morgoth berusaha membujuk Hurin agar memberitahu di mana letak Gondolin, namun Hurin benar-benar tangguh dan rahasia keberadaan Gondolin tetap aman. Debat yang mereka lakukan sungguh elegan. Kalimat yang digunakan tetap indah untuk sebuah perdebatan yang penuh kebencian dan diucapkan oleh Raja dari segala keburukan dan kejahatan. Maknanya pun sungguh dalam. Wow.
Turin dan Gwindor melanjutkan perjalanan menuju ke Nargothrond, negeri tempat Gwindor berasal. Sekali lagi karena kecakapannya, Turin dipercaya menjadi penasehat Raja Orodreth, penguasa Nargothrond. Pada saat itulah, Morwen dan Nienor, adik kedua Turin yang belum pernah dilihatnya, kabur ke Doriath; berharap bisa bertemu Turin di sana. Padahal Turin sudah bertahun-tahun lari dari negeri itu.
Saatnya tiba ketika Morgoth akhirnya mengirim Glaurung untuk menghancurkan Nargothrond sekaligus memburu Turin. Turin pun berhadapan langsung dengan naga itu. Glaurung berhasil melancarkan sihir pada Turin sehingga dia menjadi linglung. Dalam kebingungannya, Turin berjalan menuju Dor-lomin. Glaurung pun berhasil menaklukkan Nargothrond.
Sampailah Turin di negeri kelahirannya, Dor-lomin. Namun, ibunya sudah lama meninggalkan tempat itu. Turin tidak hendak menyusul Morwen ke Doriath sebab khawatir ibunya akan ikut ditimpa kesialan akibat kutukan Morgoth yang selalu mengikuti ke mana Turin pergi. Turin lalu berbelok menuju negeri Brethil dan dia disukai di sana. Turin mengubah namanya menjadi Turin Turambar. Hidup Turin yang selalu dalam pengembaraan dan berpindah-pindah membuatnya memiliki banyak nama dan julukan.
Morwen yang sudah mendengar kabar tentang Nargothrond dan isu keberadaan Turin berniat untuk mencari Turin ke sana. Nienor ikut. Sampai Nargothrond keadaan sudah hancur lebur. Glaurung yang tinggal di balairung istana Nargothrond mengetahui kedatangan Morwen dan dia menghembuskan kabut asap yang membuat Morwen dan Nienor terpisah. Nienor yang berjalan terseok di tengah kabut pekat tidak sengaja bertemu Glaurung dan terkenalah dia pada sihir naga itu. Nienor menjadi gila dan berlari kalang kabut hingga sampailah dia di Brethil. Nienor yang pingsan ditemukan oleh Turambar (Turin). Nienor yang hilang ingatan lalu diberi nama Niniel oleh Turambar. Niniel pun tinggal di Brethil. Seiring waktu Turambar dan Niniel saling menyukai dan menikahlah mereka (nooooo!).
Singkat cerita Glaurung sampai juga ke wilayah Brethil. Turambar berhasil mengalahkannya, namun dia pingsan di samping Glaurung akibat racun dari tubuh Sang Naga. Niniel yang datang mencari Turambar menemukannya tergeletak dan menyangka dia sudah mati. Glaurung saat itu sekarat. Sebelum mati dia mengungkapkan segala kebenaran tentang Turin kepada Niniel. Setelah mati, sihir yang menguasai Niniel pun juga ikut musnah bersama pemiliknya. Maka kembalilah semua ingatan Niniel. Niniel syok dan depresi setelah mengetahui kebenaran itu akhirnya bunuh diri. Padahal dia sedang hamil. Turambar akhirnya siuman. Tak lama dia juga mengetahui kebenaran tentang dirinya sendiri dan juga kematian Niniel akhirnya ikut bunuh diri.
Maka berakhirlah kisah Hurin dan anak-anaknya; Turin, Urwen, dan Nienor.
Covernya keren.
Disisipi ilustrasi berwarna yang tidak kalah kerennya.
Beberapa quote dalam buku ini:
"... Aku sudah menyaksikan tiga zaman di bagian Barat dunia, banyak kekalahan dan banyak kemenangan yang tidak berbuah."
"... Aku sudah menyaksikan tiga zaman di bagian Barat dunia, banyak kekalahan dan banyak kemenangan yang tidak berbuah."
Memang benar apa kata Elrond yang Bijak. Perang tidak membawa kebaikan apa pun. Yang kalah yang menang, tidak ada satu pun pihak yang diuntungkan.
"Duka adalah asah bagi benak yang keras."
Orang yang telah banyak mengalami kesedihan pasti hatinya akan lebih tegar dan kuat.
Entah gimana saya kok merasa tulisan Christopher Tolkien, kata-kata yang digunakan, kalimat yang dirangkai, tidak seindah tulisan JRR. Tolkien. Sebenarnya kisah Turin ini bentuk aslinya adalah prosa, puisi yang panjang sekali. Lalu diubah oleh Christopher Tolkien dalam bentuk narasi cerita. Nanti akan disebutkan contoh prosanya di bagian akhir buku. Bentuknya sungguh indah namun memusingkan kalau dibaca wkwkwk.
Kisah yang menyedihkan, tragis, namun apik (atau malah epik wkwkwk). Sebuah drama dengan latar belakang Middle-earth. Banyak kutukan di dalamnya, banyak kematian yang merenggut orang-orang yang baik. Kesialan akibat kutukan Morgoth tidak hanya berlaku pada Turin, tapi juga orang-orang yang berhubungan dengannya. Cara Mr Tolkien merancang takdir Hurin dan anak-anaknya sungguh indah.
Morgoth memang keterlaluan sadisnya wkwkwk. Kutukan-kutukan sebelumnya belum lah seberapa dibandingkan kutukan terakhir yang menjadi penghabisan. Bagaimana perasaan Turin, Nienor, dan melebihi segalanya Hurin. Dia mengetahui segala sepak terjang Turin melalui matanya sendiri. Dan dia tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan memalingkan muka agar tidak melihat saja tidak mampu. Dia terpaksa melihat kenyataan pahit nasibnya dan keturunannya.
Tokoh favorit saya tentu saja Turin. Seorang rebel yang angkuh dan sombong tapi kuat, berani, dan terbukti mampu menjadi pemimpin dan disegani di mana pun dia berada. Dia juga mampu bertahan dari semua kutukan Morgoth kecuali satu: cinta.
Rampung baca buku ini saya mendapat satu pesan penting: bahwa segala akar permasalahan dari kisah Turin adalah bercokolnya sifat sombong dan angkuh pada dirinya. Turin adalah karakter yang heroik. Saya pun terpesona pada keberanian dan sifat angkuhnya. Sayangnya dia bernasib buruk. Mungkin karena kutukan dari Morgoth, mungkin juga karena kesombongan yang menjerumuskannya pada kesialan.
Sayang, banyak typo dan makin ke belakang makin banyak typo-nya.
Morgoth memang keterlaluan sadisnya wkwkwk. Kutukan-kutukan sebelumnya belum lah seberapa dibandingkan kutukan terakhir yang menjadi penghabisan. Bagaimana perasaan Turin, Nienor, dan melebihi segalanya Hurin. Dia mengetahui segala sepak terjang Turin melalui matanya sendiri. Dan dia tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan memalingkan muka agar tidak melihat saja tidak mampu. Dia terpaksa melihat kenyataan pahit nasibnya dan keturunannya.
Tokoh favorit saya tentu saja Turin. Seorang rebel yang angkuh dan sombong tapi kuat, berani, dan terbukti mampu menjadi pemimpin dan disegani di mana pun dia berada. Dia juga mampu bertahan dari semua kutukan Morgoth kecuali satu: cinta.
Rampung baca buku ini saya mendapat satu pesan penting: bahwa segala akar permasalahan dari kisah Turin adalah bercokolnya sifat sombong dan angkuh pada dirinya. Turin adalah karakter yang heroik. Saya pun terpesona pada keberanian dan sifat angkuhnya. Sayangnya dia bernasib buruk. Mungkin karena kutukan dari Morgoth, mungkin juga karena kesombongan yang menjerumuskannya pada kesialan.
Sayang, banyak typo dan makin ke belakang makin banyak typo-nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar