Rabu, 25 Oktober 2017

[Resensi Novel Terjemahan] Unwind oleh Neal Shusterman


Unwind
Pemisahan Raga
Neal Shusterman

Judul asli: Unwind
Pengarang: Neal Shusterman
Terbit: tahun 2013
Penerjemah: Mery Riansyah
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan pertama: Agustus 2013
Jumlah halaman: 456 hlm


Orangtua Connor ingin menyingkirkannya karena ia selalu menimbulkan masalah. Risa tidak punya orangtua dan akan menjalani pemisahan raga untuk mengurangi beban panti asuhan. Pemisahan raga Lev sudah direncanakan sejak ia lahir, bagian dari agama orangtuanya. Dipertemukan nasib, dan dipersatukan keputusasaan, ketiga remaja ini melakukan perjalanan yang penuh bahaya, tahu bahwa nyawa mereka lah taruhannya.
Jika bisa bertahan hidup sampai ulang tahun ke-18, mereka selamat. Tetapi, ketika setiap bagian tubuh mereka, dari tangan sampai jantung, diincar dunia yang menggila, 18 terasa amat sangat jauh.

Oke, langsung aja. Kenapa teman-teman harus membaca buku ini.

Pertama, temanya. Terutama bagi kalian penyuka cerita dengan genre distopia atau thriller. Temanya unik dan kontroversial. Cerita ini terjadi di sebuah masa di mana dunia me-legalkan penjualan organ-organ tubuh manusia. Yang termasuk manusia di dalamnya adalah anak yang berusia antara 13-18 tahun. Lalu, siapa saja anak-anak yang kurang beruntung itu? Ya pokoknya semua anak umur 13-18 tahun yang orangtuanya menginginkan agar mereka dipisah-pisah. Begitu orangtua sudah menandatangani persetujuan pemisahan raga, anak mau tidak mau akan dipisah-pisah organnya . Kemudian organ-organ tubuh itu akan disimpan dan diberikan (dijual) kepada siapa saja yang membutuhkan. Jadi secara "teknis" anak-anak korban pemisahan raga itu tetap hidup, walaupun di tubuh orang lain. Itu juga dijadikan sebagai pembenaran oleh sekte agama tertentu, bahwa kita berkorban memberikan tubuh kita untuk kepentingan dan kebaikan orang lain. Hmm, dari sini udah mulai diajak mikir, kan?

Kedua, tokoh-tokohnya. Ada tiga tokoh utama di sini dan plot akan bergantian bercerita dari sudut pandang dari ketiga tokoh itu. Tokoh-tokohnya variatif, dengan berbagai macam latar belakang, riwayat, dan karakter; sangat kaya rasa. Tokoh favorit saya di buku pertama ini: Lev. Lev, yang terlahir dari sebuah keluarga religius, dan dia sendiri dididik untuk selalu taat pada perintah agamanya, pada akhirnya berubah menjadi teroris. Gimana ya, dari sudut pandang saya mungkin Lev adalah seorang pahlawan. Tapi dari sudut pandang masyarakat dan bahkan keluarga Lev sendiri, dia adalah seorang teroris. Dan menurut saya itu masuk akal. Hmm, mikir lagi.

Ketiga, plotnya. Plotnya oke banget. Penulis pinter banget mempermainkan nasib ketiga tokohnya. Di awal bab mereka berjuang sendiri, lalu bertemu dan berjuang bersama, dan pada akhir bab mereka harus berpisah dan melanjutkan perjuangan sesuai dengan peran mereka masing-masing. Twistnya sangat oke. Ketika mereka bersama dan akhirnya berpisah, nasib pun bermain-main dengan mereka. Dan tidak disangka bahwa perseteruan dan perpisahan mereka pada akhirnya yang menyelamatkan nyawa mereka. Gak terduga banget pokoknya. 

Buku yang sangat saya rekomendasikan! Temanya bagus, unik, kontroversial, mau tak mau kita diajak untuk ikut berpikir: sebenarnya ada apa dengan kita semua? Covernya oke banget, dari situ sudah terasa aura "gila"nya. Plot ceritanya tidak terduga, bikin penasaran banget buat baca sekuelnya. Sangat berharap semua sekuelnya diterjemahkan ke bahasa Indonesia.

Pada awal bab selalu penasaran, apa yang terjadi ketika seseorang sudah masuk ke Pejagalan untuk menjalani pemisahan raga? Dan ketika sampai di bab akhir dimana seseorang diceritakan sedang menjalani pemisahan raga: rasanya ngiluuuuu..






Tidak ada komentar:

Posting Komentar